Ø Pada awal revolusi kemerdekaan
Pada awal revolusi kemerdekaan (setelah proklamasi kemerdekaan), kita disibukan dengan berbagai persoalan integrasi politik atau biasa disebut juga integrasi nasional, misalnya:
· Tahun 1947, ada pemberontakan Darul Islam di Jawa Barat dipimpin oleh Kartosuwiryo, seorang perwira TNI dari Divisi Siliwangi.
· Di Sulawesi Selatan, pada awal tahun 1950, karena kecewa terhadap pemerintah, kalangan militer justeru mendorong sebagian pejuang kemerdekaan di daerah ini untuk bergabung dengan Darul Islam, dipelopori oleh Kahar Musakar.
· Tahun 1958, meletus pemberontakan di Sumatera (PRRI) dan di Sulawesi (PERMESTA). Dan berbagai pergolakan daerah seperti peristiwa Merapu Merbabu Kompleks di JawaTengah
· Pembentukan Negara IndonesiaTimur 1948/1949,
· Pembentukan Republik Maluku Selatan (RMS) Tahun 1950 dan berbagai pergolakan kedaerahan
Setelah peristiwa PRRI/PERMESTA, tahun 1960 Presiden Soekarno membubarkan Parlemen dan membentuk DPR-GR, berbarengan dengan itu Soekarno juga membubarkan Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia yang dianggap sebagai penggerak PRRI/PERMESTA. Kepada partai-partai politik lainnya diwajibkan untuk mengumpulkan sejumlah anggota sedikitnya 150.000 anggota baru bisa tetap ikut dalampercaturan politik.
PARKINDO didirikan oleh Dr. J. Leimana, dengan Dewan Gereja-Gereja Indonesia (DGI).
Ø Kasus Banyuwangi, Ketapang dan Kupang
Dalam pristiwa Kupang kita lihat ada provokator yang memicu emosi masyarakat untuk melakukan tindakan kekerasan dengan merusak atau membakar tempat ibadah, toko,kendaraan dan fasilitas umum, juga rumah penduduk. Hal tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi, jika aktifitas “sakral” itu tidak dinodai.
Mengenai kasus Banyuwangi, Ketapang dan Kupang, NU dan PGI Sumut menyerukan kepada umat Islam sebagai umat mayoritas di republik ini, agar memberikan perlindungan terhadap umat beragama lainnya dengan memperluas rasa toleransi sehingga terwujud kedamaian, ketenteraman dan keamanan.
Ø Kemelut HKBP berkepanjangan
Kemelut yang menyelubungi HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) bagai api dalam sekam. Paling ramai keributan antara tahun 1994 sampai 1995, tetapi yang paling tragis adalah peristiwa perebutan kantor pusat HKBP Pearaja Tarutung sebanyak dua kali pada tahun 1998. Antara pendukung DR. PWT Simanjuntak dan pendukung DR SAE Nababan. Contoh dampak buruk dari kemelut ini adalah banyak warga HKBP di suatu desa tidak lagi mengundang kalau ada pesta karena dianggap mereka tidak satu prinsip atau barisan dalam masalah HKBP.
Ø Kasus peledakan bom di gereja-gereja
Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa dengan budaya yang beragam serta terdiri dari agama maupun kepercayaan, oleh karena itu sebagai bangsa Indonesia yang heterogen harus dapat menciptakn persatuan dan kesatuan bagi orang Kristen Indonesia memiliki kesadaran bahwa mereka adalah bagian yang integral dari bangsa Indonesia yang heterogen.
Di penghujung tahun 2000 terjadi pengeboman terhadap tempat ibadah (gereja), di duga merupakan teror berencana, belasan orang meninggal duniadan puluhan mobil hancur lebur. Kondisi tersebut bertujuan untuk memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Tugas:
1. Catat kembali materi
2. Bagaimana tanggapan anda sebagai orang percaya atas peristiwa pengeboman tempat ibadah yang terjadi tahun 2000
3. Kirim jawaban ke WA guru mapel
Comments