top of page
simriyabestasuib

Pertemuan 4. Sosio-Politika Kristen Di Era Reformasi

Meninggalkan abad 20 sambil melangkah masuk ke ambang pintu millenium ketiga abad 21, bangsa Indonesia sekaligus memasuki sebuah fase baru dalam sejarahnya. Dua kunci era baru ni ialah reformasi dan desentralisasi. Supremasi hukum, dan good govemance ternyata harus dibayar dengan multi krisis di bidang ideo politikal, sosio kultural dan bisnis ekonomikal yang secara nyata telah membuat negeri ini menjadi terpuruk sangat parah. Bagaikan musim pancaroba, super turbulensi berbagai angin ingin berpilin membentuk badai yang menghaancurkan disertai hiruk pikuk kekacauan tanpa kepastian bahwa akan ada stabilitas baru di masa depan.

Di tingkat sosio-politika, krisis ini telah menampilkan ancaman disintegrasi yang kian nyata dan secara telak mengancam eksistensi dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dulu dibangun dan ditegakkan dengan darah dan air mata oleh jutaan kusuma bangsa dan pahlawan republik. Aceh dan Papua merupakan dua ekstrimnya serta di antara kedua kutup itu terdapat ketegangan bahwa konflik di berbagai provinsi dan daerah tanda-tanda rekonsiliasi yang nyata.

Di sisih lain, proses desentralisasi yang tampaknya mulai berjalan diberlakukannya ”Otonomi Daerah” juga mengakibatkan timbulnya sejulah efek negatif berupa kerawanan dan embrio perpecahan yang belum bisa diramalkan bentuk akhirnya. Di tengah optimisme provinsi, kabupaten, dan kota mandiri otonom, egoisme kedaerahan dan fanatisme etnik mulai mencuat berlebihan sehingga dapat mempercepat proses disintegrasi tadi.

Sebagai orang Kristen (warga gereja), sudah sewajarnya semua warga negara yang bertanggung-jawab harus ikut merasa terpanggiluntuk berbut sesuatu untuk menjaga, mempertahankan dan menegakan negara Indonesia agar tidak sampai hilang dari peta dunia sambil mengikuti jejak Soviet danYugoslavia.

Pada saat dimana kita sedang mengalami ancaman disintegrasi bangsa, maka kita perlu mempertimbangkan kembali untuk mensosialisasikan motto perjuangan ini: “Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”. Sebagai motto lama dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan ronrongan siasat jahat “devide et impera”. Dikhawatirkan pelaksanaan otonomi daerah (otda) akan menimbulkan sentimen etnis, karena dosa Orde Baru masih menyisakan bom aktu, karena bisa saja pelaksanaan otda menjadi pemicunya.

Tragedi Sambas, Maluku, Sampit, Batam, Duri, dan Selat Panjang contohnya. Dengan demikian, memberlakukan otda ibarat memakan buah simalahkamah, dimakan mati ayah tak dimakan mati ibu. Sebenarnya, saat pergantian millenium, degup jantung daerah sangat kencang. Terutama, daerah-daerah yang menjadi penyumbang terbesar bagi kas pendapatan negara, seperti Riau, Kalimantan Barat, Aceh dan Irian. Sejak tanggal 1 Januari 2001, UU No 22 dan No. 25 tahun 1999 dinyatakan berlaku, saat itulah dimulainya otonomi daerah. Suatu hadiah yang telah lama ditunggu-tunggu oleh provinsi kaya sejak Indonesia merdeka, mudah-mudahan otda ini menjadi realita.

Era reformasi yang sedang bergulir saat ini dapat dijadikan momentum bagi umat Kristen untuk terjun kembali melayani dalam bidang politik. Umat Kristen tidak cukup hanya berdoa untuk mengatasi persoalan bangsa ini, tetapi harus “ora et labora” (bekerja sambil berdoa). Bekerja dalam arti bertindak secara proaktif melalui wadah, yaitu gereja dan melalui gereja tentunya kita dapat menyampaikan aspirasi kita selaku umat Kristen untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi bangsa kita saat ini.

Seluruh lapisan masyarakat harus selalu bersikap kritis, khususnya terhadap informasi mengenai kasus pengrusakan atau pembakaran gereja, karena ada pihak yang ingin mengadu domba dan memecahkan kerukunan antar umat beragama secara keseluruhan. Bagaimana sikap kita dalam menyikapi kondisi tanah air akhir-akhir ini? Kita harus berusaha untuk memperbaikinya.

Partai Kristen berpotensi melalui para wakilnya di DPR untuk mempertahankan keberadaan atau berdirinya suatu gereja, khususnya di daerah yang penduduknya mayoritas Muslim seperti di Jakarta, Bogor, Tangeran, Aceh dan Bekasi.






Tugas:

1. Catat kembali materi untuk dijadikan bahan pelajaran, setelah mencatat difoto dan kirim ke Website/WA guru mata pelajaran.

2. Minggu depan ulangan harian pertama

3. Terima kasih

75 views0 comments

Recent Posts

See All

Pertemuan ke 7

Syalom, pertemuan kali ini silahkan mengerjakan soal berikut ini kemudian dikirimkan ke guru mata pelajaran (Pak Simri 085338379978) Soal...

Comments


bottom of page