Pertemuan ke-2
1.1 Situasi Politik Pada Masa Paulus
Surat Roma adalah surat Paulus yang dialamatkan ke jemaat di Roma. Untuk lebih menghayati atau mendalami tentang “kepatuhan terhadap pemerintah” (Roma 13:1-10).
Menurut pemberitaan Lukas (Kis.22:3) bahwa Paulus tidak dididik di Diaspora (perantauan), tetapi di Yerusalem, dan tidak ada alasan untuk meragukan bahwa dia di dalam pendidikan Gamaliel (sebagai putera atau cucu Hilel).Hilel datang dari Babylon ke Yerusalem sebagai Yahudi Diaspora. Paulus belajar tentang hikmat Yunani, menguasai bahasa Yunani, dan ilmu berpidato Yunani dari gurunya Gamaliel, semuanya itu terlihat dari gaya bahasa retorik yang digunakan dalam surat-suratnya.
Paulus adalah seorang keturunan asli Yahudi. Ia dilahirkan dan dibesarkan di kota Tarsus propinsi Kilikia sebagai kawasan Romawi (Kis. 9:11; 11:25; 21:39; 22:3). Sebagai seorang Farisi Paulus tidak mempelajari ilmu pengetahuan Yunani secara akademis, tetapi sebagai pemuda yang cerdas, ia banyak dipengaruhi pemikiran filsafat tinggi dalam masyarakat. Kota Tarsus adalah kota yang terkenal diwilayah Roma, dan Paulus begitu bangga sebagai warga Tarsus (Kis 21:39). Kebanggaan Paulus karena ia sebagai seorang warga negara Roma yang memperoleh kehormatan dan hak istimewa dibanding warga negara jajahan Roma. Paulus bangga sebagai bangsa Yahudi karena ia memiliki kewarganegaraan ganda yaitu Romawi dan Yahudi.
Paulus adalah anggota Partai Farisi, dan pernah menjadi pemimipin yang aktif menumpas jemaat Kristen, sehingga secara organisasi jemaat Kristen di Yerusalem pada waktu itu sudah dipatahkan.
Dalam suratnya ke Roma Paulus secara tegas mengajak orang Kristen supaya menghormati pemerintah, tidak terkecuali orang Kristen dari Yahudi maupun non-Yahudi.
Dalam memahami latar belakang Roma 13:1-7, maka situasi kekaisaran Romawi pada masa Paulus harus diketahui. Kaisar-kaisar yang memimpin pada masa Paulus adalah sebagai berikut: setelah Kaisar Agustus wafat, maka roda pemerintahan dijalankan oleh 4 Kaisar yaitu:
1. Tiberius (14-37 M),
2. Caligula (37-41 M),
3. Klaudius (41-54 M), dan
4. Nero (54-68 M).
Melalui Kis. 18:2 dan pada bagian akhir surat Roma (16:3), diketahui bahwa pada masa pemerintahan Klaudius telah terjadi ketegangan antara golongan Yahudi asli dan bukan Yahudi asli (Yahudi perantauan) di kota Roma.
Karena kerusuhan, maka Klaudius membuat sebuah dekrit yang mengharuskan semua orang Yahudi harus meninggalkan kota Roma. Dengan kepergian orang Yahudi dari kota Roma, maka orang Kristen yang tinggal di Roma hampir keseluruhan terdiri dari orang-orang non-Yahudi yang akhirnya mengembangkan ke-Kristenan di kota Roma dengan cara yang berbeda dari cara yang biasa dilakukan orang Kristen keturunan Yahudi di Sinagoge. Kemudian pada tahun 54 M setelah Kaisar Klaudius wafat, ia digantikan oleh Kaisar Nero. Setelah Nero memerintah, maka dekrit yang pernah dikeluarkan Klaudius menjadi tidak berlaku lagi, sebab Nero banyak di bawah pengaruh isterinya, dan ia mengijinkan orang Yahudi kembali ke Roma. Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat Roma dari Korintus tahun 56 M.
Dalam Roma 13:1-7, Paulus menekankan bahwa kekuatan pemerintah memiliki kuasa kehidupan dan kematian yang berhubungaan dengan kuasa politis dan orang Kristen harus membayar pajak mereka terhadap negara. Kecuali pajak keagamaan, jemaat harus membayar pajak untuk pemerintah Roma yang ditarik penguasa setempat yaitu: pajak perorangan yang ditarik pegawai pemerintah, pajak tanah, bea cukai dan lain sebagainya.
Bandingkan Roma 13:1-2
Sistem pajak yang beraneka ragam tersebut sangat membebani rakyat, termasuk jemaat Roma. Semuanya itu menimbulkan rasa tidak senang dan perlawanan jemaat terhadap pemerintah atau penguasa Romawi. Namun dalam situasi itu, Paulus bukan hendak berpihak kepada pemerintah atau penguasa Romawi, tetapi ia menghimbau jemaat Roma untuk melihat tanggung jawab mereka sebagai jemaat yang taat dan dewasa di dalam iman.
Tugas:
Catat kembali materi yang ada untuk menjadi bahan pelajaran di rumah, setelah itu foto dan kirim ke no. WA 085338379978.
Commentaires